Alergi pada anak merupakan kondisi yang cukup sering terjadi dan dapat mengganggu aktivitas sehari-hari mereka. Reaksi alergi dapat muncul dalam berbagai bentuk, mulai dari ruam pada kulit, gatal-gatal, bersin, hingga sesak napas. Meskipun terlihat ringan pada awalnya, alergi yang tidak ditangani dengan tepat bisa berkembang menjadi kondisi serius yang memerlukan penanganan medis segera.
Mengutip dari Cleveland Clinic, alergi terjadi ketika sistem kekebalan tubuh anak bereaksi berlebihan terhadap zat yang seharusnya tidak berbahaya, seperti debu, makanan, atau serbuk sari. Zat tersebut disebut alergen, dan paparan berulang dapat memicu reaksi alergi dengan gejala yang berbeda pada setiap anak. Memahami penyebab dan cara mengatasinya sangat penting agar orang tua bisa memberikan perlindungan optimal bagi buah hati.
Daftar Isi
Penyebab Alergi pada Anak

Penyebab alergi pada anak bisa sangat beragam. Biasanya, reaksi alergi muncul karena adanya paparan zat tertentu yang memicu respon imun tubuh. Berikut beberapa penyebab umum yang sering ditemukan:
1. Alergi Makanan
Jenis alergi ini termasuk yang paling sering terjadi pada anak. Makanan seperti susu sapi, telur, kacang tanah, kedelai, gandum, dan makanan laut dapat memicu reaksi alergi. Anak yang memiliki alergi makanan biasanya akan mengalami ruam, muntah, atau pembengkakan di sekitar mulut setelah mengonsumsi makanan tertentu.
2. Alergi Debu dan Tungau
Debu rumah dan tungau sering menjadi penyebab alergi pernapasan. Menurut American Academy of Allergy, Asthma & Immunology, tungau debu dapat hidup di bantal, kasur, dan karpet rumah. Ketika anak menghirup partikel mikroskopis ini, tubuh bisa bereaksi dengan bersin, batuk, atau hidung tersumbat.
3. Alergi Serbuk Sari
Serbuk sari dari bunga, rumput, atau pohon juga bisa menjadi penyebab alergi musiman pada anak. Biasanya gejala muncul saat musim tertentu, seperti bersin berulang, hidung meler, dan mata berair.
4. Alergi Hewan Peliharaan
Protein dari air liur, kulit mati, atau bulu hewan peliharaan seperti kucing dan anjing bisa memicu alergi. Anak yang sensitif biasanya akan mengalami gejala seperti gatal di mata, bersin, atau sesak napas setelah berdekatan dengan hewan peliharaan.
5. Alergi Obat
Beberapa jenis obat, seperti antibiotik (contohnya penicillin), dapat menyebabkan reaksi alergi. Gejalanya bisa berupa ruam merah, gatal, atau bahkan pembengkakan wajah.
Gejala Alergi pada Anak
Gejala alergi sangat bergantung pada jenis alergennya dan bagaimana tubuh anak bereaksi terhadap paparan tersebut. Beberapa gejala umum yang sering muncul antara lain:
- Bersin berulang atau hidung tersumbat
- Ruam merah dan gatal di kulit
- Mata merah, berair, atau gatal
- Pembengkakan pada bibir, wajah, atau kelopak mata
- Batuk kering atau sesak napas
- Gangguan pencernaan seperti muntah atau diare (terutama pada alergi makanan)
Pada kasus yang lebih berat, anak bisa mengalami anafilaksis, yaitu reaksi alergi yang sangat berbahaya dan dapat menyebabkan kesulitan bernapas serta penurunan tekanan darah drastis. Kondisi ini memerlukan pertolongan medis darurat segera.
Faktor Risiko Alergi pada Anak
Beberapa anak memiliki risiko lebih tinggi mengalami alergi dibandingkan yang lain. Faktor-faktor risiko tersebut meliputi:
- Riwayat keluarga: Jika orang tua atau saudara kandung memiliki alergi, risiko anak juga meningkat.
- Lingkungan: Paparan polusi, debu, atau asap rokok bisa meningkatkan kemungkinan munculnya alergi.
- Sistem kekebalan yang sensitif: Anak dengan sistem imun yang terlalu aktif cenderung lebih mudah bereaksi terhadap zat asing.
- Usia: Anak kecil lebih sering mengalami alergi karena sistem imunnya masih berkembang.
Baca juga: Anak Rewel Setelah Imunisasi? Ini Cara Efektif Mengatasinya!
Cara Mengatasi Alergi pada Anak

Menangani alergi pada anak memerlukan pendekatan yang menyeluruh. Tujuannya bukan hanya mengobati gejala, tetapi juga mencegah reaksi alergi berulang di kemudian hari.
1. Menghindari Pemicu Alergi
Langkah paling penting adalah mengenali dan menghindari alergen yang memicu reaksi. Misalnya, hindari memberikan makanan yang menyebabkan alergi atau jauhkan anak dari hewan peliharaan jika diketahui menjadi pemicu.
2. Konsultasi dengan Dokter Anak atau Alergi
Dokter akan membantu mengidentifikasi jenis alergi melalui tes darah atau tes kulit (skin prick test). Dari hasil tersebut, dokter bisa memberikan rekomendasi pengobatan yang sesuai, baik berupa obat antihistamin, dekongestan, atau kortikosteroid ringan.
3. Gunakan Obat Sesuai Anjuran
Obat antihistamin dapat membantu meredakan gatal dan bersin, sementara semprotan hidung steroid dapat mengurangi peradangan pada saluran pernapasan. Pastikan semua obat digunakan sesuai dosis yang disarankan dokter agar aman bagi anak.
4. Jaga Kebersihan Rumah
Membersihkan rumah secara rutin dapat membantu mengurangi paparan alergen seperti debu dan tungau. Cuci sprei dan sarung bantal setiap minggu dengan air panas, gunakan penyedot debu dengan filter HEPA, dan jaga ventilasi rumah tetap baik.
5. Terapkan Pola Makan Sehat
Sistem kekebalan tubuh anak yang kuat dapat membantu meminimalkan reaksi alergi. Pastikan anak mendapatkan asupan nutrisi seimbang, terutama vitamin C, E, dan zinc yang berperan penting dalam mendukung daya tahan tubuh.
6. Siapkan Tindakan Darurat
Bagi anak yang memiliki riwayat alergi berat, sebaiknya selalu siapkan epinephrine auto-injector (EpiPen) jika diresepkan oleh dokter. Edukasi anggota keluarga dan guru di sekolah tentang cara menggunakannya saat terjadi reaksi anafilaksis.
Baca juga: Demam pada Anak Tidak Kunjung Turun, Ini yang Harus Dilakukan
Tips Tambahan untuk Orang Tua
- Catat setiap kali anak mengalami reaksi alergi untuk membantu dokter menemukan pemicunya.
- Hindari penggunaan parfum atau pembersih rumah yang mengandung bahan kimia kuat.
- Pastikan anak mendapatkan cukup istirahat agar tubuhnya lebih tahan terhadap reaksi alergi.
- Edukasi anak agar dapat mengenali dan menghindari makanan atau hal-hal yang membuatnya alergi.
FAQ tentang Alergi pada Anak
1. Apakah alergi pada anak bisa sembuh total?
Beberapa anak dapat sembuh dari alergi seiring bertambahnya usia, terutama alergi makanan seperti susu atau telur. Namun, ada juga alergi yang bisa bertahan seumur hidup.
2. Kapan harus membawa anak ke dokter?
Jika anak mengalami sesak napas, pembengkakan di wajah, atau gejala parah lainnya, segera bawa ke fasilitas medis terdekat. Jangan menunggu sampai gejalanya memburuk.
3. Apakah imunoterapi bisa membantu?
Ya, imunoterapi (terapi desensitisasi) dapat membantu mengurangi sensitivitas terhadap alergen tertentu, terutama untuk alergi debu atau serbuk sari. Namun, terapi ini harus dilakukan di bawah pengawasan dokter spesialis.
4. Apakah alergi bisa dicegah sejak dini?
Tidak selalu bisa dicegah, tetapi risiko dapat dikurangi dengan menjaga kebersihan lingkungan, memberikan ASI eksklusif, dan mengenalkan makanan baru secara bertahap pada bayi.
Butuh Bantuan Profesional Berpengalaman? Insan Medika Siap Melayani Anda
Menangani alergi pada anak memang memerlukan perhatian ekstra, terutama bagi orang tua yang memiliki anak dengan riwayat alergi berat. Jika Anda membutuhkan bantuan profesional untuk merawat anak yang memiliki kondisi alergi atau membutuhkan perawatan khusus di rumah, Anda bisa menggunakan layanan dari Insan Medika.
Kami menyediakan perawat anak profesional yang terlatih menangani berbagai kebutuhan kesehatan anak, termasuk pemantauan kondisi alergi, pemberian obat, dan perawatan harian yang aman serta penuh kasih sayang.






