Kasus difteri yang merebak kembali beberapa bulan ini memang cukup mengkhawatirkan. Sebagian besar memang ditemukan pada anak-anak usia 1-18 tahun. Dan ternyata, difteri ini juga dapat menyerang orang dewasa.
Mereka yang terkena penyakit ini, mungkin terjadi karena vaksin atau status imunisasi DPT yang kurang lengkap sejak kecil. Hanya saja, sekalipun vaksin difteri sudah diberikan sejak kecil, ini tak berarti kalau Anda benar-benar bebas dari serangan penyakit tersebut.
Ahli Imunologi Universitas Indonesia menjelaskan, imunisasi difteri untuk dewasa tetap diperlukan, sebagai upaya pencegahan sekaligus perlindungan. Vaksinasi difteri bagi orang dewasa diutamakan di daerah yang mengalami kejadian luar biasa difteri. Pemberiannya dibedakan menjadi 2 jenis. Orang dewasa yang belum pernah mendapatkan vaksinasi, harus divaksin tiga kali. Sedangkan yang sudah pernah divaksin, maka hanya divaksin satu kali.
Difteri merupakan infeksi bakteri yang disebabkan oleh kuman Corynebacterium diptheriae dan bersifat sangat menular. Pada pertengahan Desember lalu, Kementerian Kesehatan RI mengungkapkan penyebaran difteri yang sedang terjadi di Indonesia saat ini masih terus bergerak.
Vaksin difteri untuk orang dewasa memiliki jenis yang berbeda dengan vaksin difteri untuk anak. Vaksin difteri dewasa menggunakan vaksin Td/Tdap, yaitu vaksin DPT dengan reduksi antigen dan pertusis. Dalam vaksin ini Tdap menggunakan komponen pertusis aseluler, yaitu bakteri pertusis yang dibuat tak aktif sehingga jarang menyebabkan demam.
Berdasarkan data yang dihimpun Kementrian Kesehatan, dua per tiga dari kasus difteri yang saat ini ditemukan memiliki status imunisasi nol. Artinya, dua per tiga penderita difteri sama sekali tidak diimunisasi. Padahal, imunisasi merupakan upaya pencegahan difteri yang paling utama dan efektif. Dan menurut Direktur Surveilans dan Karantina Kesehatan Kemenkes RI bahwa semua harus diimunisasi sampai dewasa juga.