Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS) merupakan penyakit neurodegeneratif yang dapat mempengaruhi saraf motorik. Penyakit ALS memiliki efek yang merusak pada kemampuan seseorang untuk mengendalikan gerakan ototnya, yang akhirnya dapat mengarah pada kehilangan kemampuan berbicara, menelan, hingga bergerak.
Meskipun penyebab pastinya belum diketahui, tetapi ada sejumlah faktor risiko dan gejala yang wajib Anda waspadai. Mari ketahui informasi selengkapnya terkait ALS melalui ulasan di bawah ini!
Daftar Isi
Apa Itu Penyakit ALS?
Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS) adalah penyakit neurodegeneratif progresif, yang mempengaruhi saraf motorik dalam otak dan sumsum tulang belakang.
Saraf motorik adalah saraf yang mengontrol gerakan otot sadar, seperti berjalan, berbicara, menelan, dan bernapas. Nah, penyakit ALS menyebabkan kerusakan pada saraf-saraf ini, yang akhirnya menyebabkan kelemahan otot, kekakuan, dan kemunduran fungsi otot secara bertahap.
Pada tahap lanjut, ALS dapat menghambat kemampuan seseorang untuk melakukan kegiatan sehari-hari yang sederhana. Selain itu, ALS juga dapat mempengaruhi fungsi kognitif, seperti memori.
Sementara itu, di Indonesia, ALS sering disebut sebagai penyakit orang tua. Karena kebanyakan penderita ALS di Indonesia berusia lanjut atau lansia.
Penyebab Penyakit ALS
Penyebab pasti dari penyakit Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS) masih belum sepenuhnya dipahami oleh ilmu kedokteran. Namun, berikut adalah sejumlah faktor kompleks yang mempengaruhi fungsi sistem saraf dan keseimbangan biologis tubuh.
1. Faktor Genetik
Mengutip dari als.org, sekitar 5-10% dari kasus ALS di Amerika Serikat memiliki dasar genetik yang kuat. Maka dari itu, riwayat keluarga dianggap dapat menyebabkan kerusakan neurodegeneratif.
2. Kelebihan Glutamat
Tingkat glutamat yang berlebihan dalam sistem saraf akan menyebabkan toksisitas pada sel-sel saraf. Pada akhirnya, hal ini dapat memicu proses neurodegeneratif yang terkait dengan penyakit ALS.
3. Gangguan pada Mitokondria
Mitokondria bertanggung jawab untuk produksi energi. Oleh karena itu, gangguan pada fungsi mitokondria dapat menyebabkan ketidakseimbangan energi dalam sel-sel saraf, yang pada akhirnya berkontribusi terhadap perkembangan ALS.
4. Gangguan Sistem Kekebalan Tubuh
Berikutnya, gangguan sistem kekebalan tubuh juga dapat terlibat dalam patogenesis ALS. Pasalnya, respon imun yang tidak tepat, dapat menyebabkan kerusakan pada sel-sel saraf motorik, yang memicu penyakit ALS.
5. Stres Oksidatif
Kondisi stres oksidatif terjadi ketika produksi radikal bebas dan sistem antioksidan tubuh tidak seimbang, yang dapat menyebabkan kerusakan sel-sel saraf. Di dalam konteks ALS, stres oksidatif dapat memainkan peran penting dalam proses degenerasi saraf motorik.
6. Usia
Kebanyakan ALS terjadi pada orang berusia antara 40-80 tahun. Maka dari itu, risiko penyakit ini akan meningkat, seiring dengan pertambahan usia.
5 Gejala Penyakit ALS
Gejala ALS dapat bervariasi, antara satu individu dengan yang lain, tergantung pada neuron mana yang rusak. Namun, berikut ini adalah beberapa gejala yang umum terjadi pada Amyotrophic Lateral Sclerosis.
- Kelemahan otot yang progresif, biasanya dari satu anggota tubuh dan menyebar ke yang lain seiring waktu.
- Mengalami kesulitan bicara dan menelan.
- Mengalami kaku otot, sehingga gerakan menjadi kaku.
- Pada tahap lanjut, ALS dapat menyebabkan gangguan koordinasi keterampilan motorik halus.
- Kram otot yang terjadi di bahu, lidah, dan lengan.
- Lebih sering terjatuh, karena tungkai menjadi lemah.
Diagnosis Penyakit ALS
Mendiagnosis penyakit Amyotrophic Lateral Sclerosis adalah proses yang kompleks dan melibatkan serangkaian tes untuk menyingkirkan kemungkinan penyebab gejala yang lain, seperti berikut ini.
1. Elektromiografi (EMG), untuk mengukur aktivitas listrik di dalam otot dan saraf. Hasil EMG dapat menunjukkan tanda-tanda kerusakan pada saraf motorik.
2. Tes darah dan urin, untuk menyingkirkan kemungkinan penyakit lain yang mungkin memiliki gejala serupa dengan ALS.
3. Pemeriksaan MRI, untuk mendiagnosis penyakit ALS melalui kondisi sistem saraf secara menyeluruh.
4. Pemeriksaan neurologis, untuk memeriksa fungsi saraf motorik. Tes ini melibatkan pemeriksaan refleks, koordinasi gerakan, serta tes kepekaan sensorik.
5. Biopsi otot, untuk menilai kelemahan otot, kaku, dan perubahan lain dalam fungsi motorik.
Komplikasi Penyakit ALS
ALS dapat menyebabkan komplikasi yang mempengaruhi berbagai aspek kehidupan seseorang. Adapun berikut ini adalah beberapa komplikasi yang umum terkait dengan ALS, seperti:
1. Kesulitan Berbicara dan Menelan
Penyakit ini dapat mempengaruhi otot-otot yang terlibat dalam proses berbicara dan menelan, sehingga mengakibatkan kesulitan dalam berkomunikasi secara verbal dan kesulitan dalam menelan makanan atau minuman.
2. Malnutrisi
Kesulitan menelan dan kecenderungan penurunan nafsu makan yang sering terjadi pada ALS, dapat menyebabkan penurunan berat badan yang signifikan dan risiko malnutrisi.
3. Gangguan Pernapasan
Pada tahap lanjut, penyakit ALS juga dapat mempengaruhi otot-otot yang mengontrol pernapasan, sehingga menyebabkan kesulitan bernapas saat istirahat atau tidur.
4. Pneumonia
Kesulitan menelan juga dapat meningkatkan risiko aspirasi makanan atau cairan ke paru-paru, yang dapat menyebabkan pneumonia dan komplikasi lainnya.
5. Komplikasi Kognitif
Pada beberapa kasus, ALS dapat menyebabkan gangguan kognitif, seperti gangguan memori (demensia), penurunan fungsi eksekutif, dan perubahan perilaku. Gangguan ini dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berpikir, belajar, dan berinteraksi sosial.
Pengobatan Penyakit ALS
Terdapat beberapa pendekatan pengobatan yang bertujuan untuk mengelola gejala, memperlambat progresi penyakit, dan meningkatkan kualitas hidup penderita. Berikut adalah beberapa opsi pengobatan dan cara mencegah ALS yang paling umum.
A. Obat-obatan
Dalam upaya mengobati ALS, dokter dapat meresepkan beberapa jenis obat, seperti berikut.
- Riluzole, untuk melambatkan laju kerusakan saraf pada ALS.
- Baclofen dan diazepam, untuk mengurangi kaku otot yang dapat mengganggu kegiatan sehari-hari.
- Trihexyphenidyl atau amitriptyline, dapat diberikan kepada pasien yang mengalami kesulitan menelan.
B. Terapi
Selain obat-obatan, terapi berikut juga menjadi bagian penting dari penanganan penyakit ALS.
- Fisioterapi, membantu pasien dalam bergerak, menjaga kebugaran tubuh, kesehatan jantung, dan kekuatan otot.
- Terapi pernapasan, membantu pasien yang mengalami kesulitan bernapas, karena melemahnya otot-otot pernapasan.
- Terapi bicara, membantu pasien dalam berkomunikasi.
- Terapi okupasi, membantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
Sudah Tahu Apa Itu Penyakit ALS?
ALS merupakan penyakit degeneratif yang ditandai dengan gejala lemah otot, sulit bicara, hingga gangguan koordinasi tubuh. Maka, mengidentifikasi gejala dan faktor risiko sejak awal, dapat membantu memperlambat progresi penyakit ini.
Salah satu faktor risiko ALS adalah usia, mengingat mayoritas penderita ALS di Indonesia adalah lansia. Oleh karena itu, perlu adanya perawatan yang komprehensif dan terkoordinasi.
Apabila Anda memiliki kerabat yang menderita penyakit ALS, maka salah satu solusi terbaik adalah menggunakan jasa perawat lansia profesional dari Insan Medika. Dengan tim terbaik dan pengalaman selama lebih dari 6 tahun, Insan Medika akan membantu Anda memberikan perawatan terbaik untuk orang tercinta.
Kunjungi website atau hubungi nomor WhatsApp Insan Media untuk mendapatkan informasi selengkapnya!
FAQ
Apa penyebab penyakit ALS?
Penyebab ALS belum sepenuhnya dipahami, tetapi riwayat genetik, gangguan sistem imun, dan kelebihan glutamat bisa jadi faktor risikonya.
Apakah ALS bisa sembuh?
Saat ini, ALS belum bisa sembuh secara total. Namun, pengobatan dan terapi bisa mengurangi gejalanya.
Bagaimana cara mencegah ALS?
Identifikasi gejala ALS, terapi, dan pengobatan dapat membantu memperlambat progresi penyakit.
Apa gejala ALS?
Gejala ALS meliputi kelemahan otot progresif, kesulitan berbicara dan menelan, serta gangguan pernapasan.